Minggu, 02 Maret 2008

Kewajiban suami terhadap istri

Kewajiban suami terhadap istri



1.Allah Taala berfirman, yang bermaksud:"Dan gaulilah mereka (isteri-isterimu) dengan cara sebaik-baiknya." (An Nisa 19)

2.Dan Allah berfirman lagi:'Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban menurut cara yang baik akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan atas isterinya."(Al Baqarah : 228)

3.Dicentakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda pada waktu haji widak (perpisahan) setelah baginda memuji Allah dan menyanjung-Nya serta menasehati para hadinn yang maksudnya'Ingatlah (hai kaumku), terimalah pesanku untuk berbuat baik kepada para isten, isteri-isteri itu hanyalah dapat diumpamakan kawanmu yang berada di sampingmu, kamu tidak dapat memiliki apa-apa den mereka selain berbuat baik, kecuali kalau isteri-isteri itu melakukan perbuatan yang keji yang jelas (membangkang atau tidak taat) maka tinggalkanlah mereka sandman di tempat tidur dar pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Kalau isteri isteri itu taat kepadamu maka janganlah kamu mencari jalan uncut menyusahkan mereka.Ingatlah! Sesungguhnya kamu mempun yai kewajiban terhad4 8. isteri-isterimu dan sesungguhnya isteri-sterimu itu mempunya kewajiban-kewajiban terhadap dinmu Kernudian kewajiban isteri isteri terhadap dinmu ialah mereka tidak boleh mengijinkan masuf ke rumahmu orang yang kamu benci.Ingatlah! Kewajiban terhadap mereka ialah bahwa kamu melayaa mereka dengan balk dalam soal pakaian dan makanan mereka.(Riwayat Tarmizi dan Ibnu Ma)ah;.

4.Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:"Kewajiban seorang suami terhadap isterinya ialah suami harus memberi makan kepadanya jika ia makan dan memberi pakaian kepadanya jika ia berpakaian dan tidak boleh memukul mukanya dan tidak boleh memperolokkan dia dan juga tidak boleh meninggalkannya kecuali dalarn tempat tidur (ketika isteri membangkang)."(Riwayat Abu Daud)

5.Nabi SAW bersabda yang bermaksud:"Siapa saja seorang laki-laki yang menikahi perempuan dengat mas kawin sedikit atau banyak sedangkar dalam hatinya ia berniat untuk tidak memberikan hak perempuan tersebut (mas kawinnya) kepadanya. maka ia telah menipunya, kernudian jika ia meninggal dunia, sedang ia belum memberi hak perempuan tadi kepadanya maka ia akan menjumpai Allah pada hari Kiamat nanti dalam keadaan berzina."

6.Nabi SAW bersabda yang bermaksud"Sesungguhnya yang fermasuk golongan mukmin yang paling sempuma imannya ialat mereka yang baik budi pekertinya dan mereka yang lebih halus dalam mempergauli keluarganya (ister. anak-anak dan kaurr kerabatnya). "

7.Nabi SAW bersabda yang bermaksud :"Orang-orang yang terbaikdan kamu sekalian ialah mereka yang lebih baik dan kamu dalam mempergauli keluarganya dan saya adalah orang yang terbaik dan kamu sekalian da/am mempergauli keluargaku."(Riwayat lbnu Asakir)

8.Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda yang bermaksud:"Barang siapa yang sabar alas budi pekerti istennya yang buruk, maka Allah memberinya pahala sama dengan pahala yang dibenkan kepada Nabi Ayub a.s karena sabar atas cobaan-Nya."Cobaan ke alas Nabi Ayub ada empat hal:Habis harta bendanya.Meninggal dunia semua anaknya.Hancur badannya.Dijauhi oleh manusia kecuali isterinya bemama RahmahDan seorang isteri yang sabar atas budi pekerti suaminya yang buruk akan diberi oleh Allah pahala sama dengan pahala Asiah isteri Firaun.

9.Al Habib Abdullah Al Haddad berkata:"seorang laki-laki yang sempurna adalah dia yang mempermudah dalam kewajiban-kewajiban kepadanya dan tidak mempermudah dalam kewajiban-kewajibannya kepada Allah. Dan seorang lakilaki yang kurang ialah dia yang bersifat sebaliknya."Maksud dan penjelasan ini ialah seorang suami yang bersikap sudi memaafkan jika isterinya tidak menghias dirinya dan tidak melayaninya dengan sempurna dan lain-lain tetapi ia bersikap tegas jika isterinya tidak melakukan sholat atau puasa dan lainlain, itulah suami yang sempurna. Dan seorang suami yang bersikap keras jika isterinya tidak menghias dirinya atau tidak melayaninya dengan sempurna dan lain-lain tetapi bersikap acuh tak acuh (dingin) jika isteri meninggalkan kewajiban-kewajiban kepada Allah seperti sholat, puasa dan lain-lain, dia seorang suami yang kuranq.

10.Dianjurkan bagi seorang suami memperhatikan isterinya (clan mengingalkannya dengan nada yang lembut/halus) dan menafkahinya sesuai kemampuannya dan berlaku tabah (jika disakiti oleh isterinya) dan bersikap halus kepadanya dan mengarahkannya ke jalan yang balk dan mengajamya hukum-hukum agama yang perlu diketahut olehnya seperti bersuci, haid Jan ibadah-ibadah yang wajib atau yang sunat.

11.Allah Taala berfirman yang bermaksud:'Hai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dan ahli keluargamu dari api Neraka."(At Tahnm : 6)

12.Ibnu Abbas berkata:"Berilah pengetahuan agama kepada mereka dan berilah pelajaran budi pekerti yang bagus kepada mereka." Dan Ibnu Umar dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda: 'Tap-tiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab alas yang dipimpinnya. Seorang imam yang memimpin manusia adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab at,is rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam mengurusi ahli keluarganya la bertanggung jawab alas yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan bertanggung jawab alas keluarganya. Seorang hamba adalah pemimpin dalam mengurus harta tuannya, ia bertanggung jawab alas peliharaannya. Seorang laki-laki itu adalah pemimpin dalam mengurusi harta ayahnya, la bertanggung jawab alas peliharaannya. Jadi setiap kamu sekalian adalah pemimpin dan setiap kamu harus bertanggung jawab alas yang dipimpinnya." (Muttallaq 'alai hl

13.Nabi SAW bersabda yang bermaksud: '~ 'Takutlah kepada Allah dalam memimpir isteri-ist~rimr , karena sesungguhnya mereka adalah amanah yang berada disampingmu, barangsiapa tidak memenntahkan st olat kepada isterinya dan tidak mengajarkan agama kepadanya, maka ia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya."

14.Allah Taala berfirman yang bermaksud:"Perintahkanlah keluargamu agar melakukan sholat." (Thaha:132)'
Diceritakan dan Nabi SAW bahwa baginda bersabda yang bernaksud: "Tidak ada seseorang yang menjumpaiAllah swt dengan membawa dosa yang lebih besar daripada seorang suami yang tidak sanggup' mendidik keluarganya."


KESIMPULAN TANGGUNG JAWAB SUAMI


1.Menjadi pemimpin anak isteri di dalam rumah tangga.

2.Mengajarkan ilmu fardhu ain (wajib) kepada anak isteri yaitu ilmu tauhid, fiqih dan tasawuf.Ilmu tauhid diajarkan supaya aqidahnya sesuai dengan aqidah Ahli Sunnah wal Jamaah. Ilmu fiqih diajarkan supaya segala ibadahnya sesuai dengan kehendak agama.Ilmu tasawuf diajarkan supaya mereka ikhlas dalam beramal dan dapat menjaga segala amalannya daripada dirosakkan oleh rasa riyak, bangga, menunjuk-nunjuk dan lain-lain.

3.Memberi makan, minum, pakaian dan tempat tinggal dariuang dan usaha yang halal.Ada ulama berkata:'Sekali memberi pakaian anak isteri yang menyukakan hati mereka dan halal maka suami mendapat pahala selama 70 tahun."

4.Tidak menzalimi anak isteri yaitu dengan:Memberikan pendidikan agama yang sempuma. Memberikan nafkah lahir dan batin secukupnya.Memberi nasihat serta menegur dan memberi panduan/ petunjuk jika melakukan maksiat atau kesalahan. Apabila memukul jangan sampai melukakan (melampaui batas).

5.Memberi nasihat jika isteri gemar mengumpat, mengomel sertamelakukan sesuatu yang bertentangan dengan perintah agama.

6.Melayani isteri dengan sebaik-baik pergaulan.

7.Berbicara dengan isteri dengan lemah-lembut.

8.Memaafkan keterlanjurannya tetapi sangat memperhatikan kesesuaiar2.tingkah lakunya dengan syariat

9.Kurangkan perdebatan.

10.Memelihara maruah mereka.

ADAB KETIKA BERHUBUNGAN DENGAN SUAMI

ADAB KETIKA BERHUBUNGAN DENGAN SUAMI


1.Sunat berwuduk sebelum berlimak dengan harapan ika dariperhubungan itu terjadi anak, mudah-mudahan anak tersebutberakhlak baik. Sunat juga berwuduk setelah berjimak.


2.Sunat berwangi-wangian dan berhias agar membangkitkankeinginan bermesra.


3.Sunat bersenda gurau sehingga melahirkan kasih sayang, bukandengan paksaan. Ada ulama berpendapat anak yang lahir hasildari hubungan suami isteri yang tidak didahului dengan sendagurau akan menjadi kurang cerdas otaknya.


4.Sunat memulakan dengan Bismillah dan berdoa:Maksudnya: ' Dengan nama Allah, jauhkan kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari karunia yang Engkau berikan kepada kam." (Riwayat Bukhan dan Muslim)Ketika itu niatkanlah yang baik-baik, agar hubungan suami isteri itu menghasilkan anak yang soleh, yang beriman dan yang bertakwa.


5.Hindarkan clan memandang kemaluan suami


6.Hindarkan dari bertelanjang bulat dan menghadap kiblat. Sunat berselimut, misalnya dengan kain selimut.


7.Sunat berjimak pada malam Senin, Kamis dan Jum'at sebaliknya makruh melakukannya pada malam "yaumul'abid"(hari putih) yaitu pada 13, 14, 15 dan juga pada awal dan akhir bulan Qamariah.


8.Makruh berjimak ketika dalam keadaan lapar atau terlalu kenyang.


9.Haram hukumnya mengadakan perhubungan jenis ketika haid dan nifa

Panduan Berhadapan Dengan Suami

Panduan Berhadapan Dengan Suami



1.Ketika suami sedang berbicara, dengarlah dengan baik, diam dan tidak memotong pembicaraannya.


2.Sikap suami hendaklah diterima dengan syukur, tidak menjawab apabila dimarahi dan bersabar ketika hati disakiti karena kadang• kadang dia sengaja hendak menguji kita. Anggaplah marahnya suami adalah karena dosa si isteri. Karena Allah murkalah, maka Allah datangkan hukuman melalui suami.


3.Cepat bertindak ketika suami berhalat ses,iatu sekalipun sedang letih. Tegasnya, taat kepada kehendak sLami kecuali kehendak yang melanggar syariat.


4.Memenuhi keperluan suami dengan taik, mengutamakan kehendak suami daripada kehendak anal'-anak (disinilah tanda kasih sayang terhadap suami). Jika diijinkan bolehlah mendahulukan kehendak anak atau oranc lain.


5.Ketika berhadapan dengan suami, hendakiah senantiasa berhias diri, bersihkan mulut, berwangi-wangian di dalam rumah) dan berwajah manis.


6.Memuliakan ibu bapa dan keluarga suami, menghormati isteri-istennya (madu kita) dan melayani anak-anak suami (anak tin kita) dengan baik.


7.Menjaga ketenteraman hati suami, membantu menyelesaikan masalah suami atau sekurang-kurangnya menunjukkan rasa gembira dan simpati.


8.Menjaga harta suami dengan baik dan jangan mengkhianatinya, menjaga kebersihan dan kerapian rumah. Menyediakan peralatan mandi atau pakaian sebelum suami ke kamar mandi.


9.Menghormati suami, berdiri mengantar kepergian suami dan menyambut kepulangannya dengan senyuman.


10.Mesti sama-sama merasakan perasaan suami :Senang kalau ia senang dan bersimpati kalau ia berduka.Bergurau kalau ia bergurau, tenang kalau ia tenang.Terhibur ketika menerima pemberian suami.Tidak memperkecilkannya.Tegasnya, dapat menyelami perasaan suami dan sanggupberkorban demi kesenangan suami.


11.Memelihara maruah suami.


12.Memahami suami, jika dia pemimpin membantu dia dengan mengambil berat soal kebajikan anak-anak buahnya. Jika suami guru, kita hendaklah melengkapkan din dengan ilmu. Hendaklah kita siap dengan apa saja keadaan, kedudukan atau perbuatan suami.


13.Senantiasa mendoakan suami dan tidak menyusahkan suami dengan kehendak pribadi. Senantiasa berakhlak baik dengan suami, tidak bertengkar di depan anak-anak. Hendaklah membela suami atau keluarga suami jika terfitnah, walaupun hati sendiri yang terluka.


14.Pastikan niat kita melayan suami semata-mata mengharapkan keredhaan Allah, semoga suami kuat beribadah, berjuang bersungguh-sungguh pada jalan Allah, agar terjalin kasih sayang karena Allah dan mendapat keturunan yang banyak dan baik.


15.Hendaklah isteri senantiasa bersikap malu kepada suaminya.


16.Memelihara kehormatan ketika suami tidak ada di rumah.


17.Merasa cukup dengan apa yang ada (ganaah).


18.Selalu bersikap belas kasihan serta merasa takut kepada suamidan senantiasa merasa din kita yang bersalah.


19.Merasakan suami mempunyai kelebihan.


Diantara sabdaRasulullah SAW bermaksud:"Allah Tabaraka wa Taala membenci seorang isteri yang tidak berterima kesih kepada suaminya, sedang ia memang memerlukan suaminya."(Riwayat An Nasai)"Siapa saja isteri yang keluar rumah tanoa ijin dari suaminya, tetaplah ia di dalam kemurkaan Allah sampai ia kembali atau suaminya redha kepadanya."(Riwayat Al Khatib)"Apabila seorang wanita sholat lima waktti berpuasa pada bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya, mematuhi suaminya, maka dapatlah dia memasuki Surga."(Riwayat Al Bazzar)

TUGAS ISTRI DIDALAM RUMAHTANGGA

TUGAS ISTRI DIDALAM RUMAHTANGGA


1.Senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya.

2.Hendaklah senantiasa me,nbersihkan rumah menurut syariat Islam.

3.Menyediakan makanan untuk suami tanpa disuruh atau diminta.

4.Menyediakan makanan yaiig disukai oleh suami.

5.Menjahit pakaian untuk su imi dan anak-anak.

6.Mencuci pakaian suami dan anak-anak.

7.Menyediakan keperluan-keperluan lain untuk Suami.

8.Menjaga harta suami, tidak menyerahkannya kepada orang lain tanpa keijinannya.

9.Mendidik anak-anak menjadi manusia yang beriman agar tidak membebankan ibu bapaknyaa di Akhirat kelak.

10.Menjadi penghibur suami ketika dia berada di rumah dengan memberi layanan yang baik. Seorang isteri hendaklah menjadi kan rumah tangganya seperti surga buat suami dan anak-anak. .

Tanggung jawab wanita tersimpul dalam sebuah Hadis Rasulullah yang bermaksud:
"Apabila seorang wanita menunaikan kewajibannya terhadap Tuhannya, mentaati suaminya dan menggerakkan peralatan tenunannya, maka seolah-olah ia membaca tasbih kepada Allah terus-menerus. Dan selama mana berkekalan alat tenunan itu pada tangannya maka seolah-olah ia sholat berjemaah. Apabila ia menjerang periuk unluk

ADAB ADAB PEREMPUAN/GADIS

ADAB PEREMPUAN/GADIS


Di dalam rumah:

1.Menghormati penjaganya dan menerima nasihat yang diberi.
2.Memperbaiki diri untuk menjadi wanita solehah.
3.Menjaga nama baik penjaganya.
4.Melatih diri dengan urusan rumah tangga seperti menjahit, memasak dan membereskan rumah.
5.Banyakkan sholat dan puasa sunat.
6.Jadikan Al Quran sebagai hiburan dan menghafaznya.
7.Banyak mengkaji sejarah wanita-wanita utama salafussoleh untuk dicontoh

Di luar rumah:

1.Keluar bersama-sama penjaga atau muhramnya.
2.Senantiasa menundukkan pandangan dan hindarkan dari memandang ke sana ke mari.
3.Hiasilah diri dengan sifat malu.
4.Berkata yang benar apabila bertemu kawan
5.Jangan pergi ke tempat-tempat umum seperti pasar.
6.Hindari dan bersahabat atau berbincang dengan laki-laki.
7.Jangan bergaul dengan wanita-wanita fasik.
8.Menuju langsung ke tempat yang dituju tanpa menyimpang ke tempat lain.
9.Menjaga martabat.
10.Menjaga aurat sebagaimana yang dituntut oleh syariat

Jumat, 15 Februari 2008

JURUZ PENANGKAL ZINA

Berdasarkan dalil2 kuat yang relevan, akhirnya Abu Syuqqah menyimpulkan, “adanya pertemuan antara laki-laki dan wanita mungkin menyebabkan timbulnya sikap saling memandang antara mereka. [Namun] kejadian seperti itu tidak menjadi masalah, sepanjang pandang-memandang di antara mereka tidak didasarkan pada syahwat serta keduanya sama-sama berniat dan melaksanakan menahan pandangan.” (KW2: 112)

1.Fokuskan pada Penampilan Non-Seksual

Kondisi yang membolehkan kita memandang lawan-jenis adalah ketika tidak terkagum-kagum pada pesona seksual dan tidak memandangi aurat. Selama berada dalam kondisi ini, kita tidak dituntut untuk memalingkan muka (seperti Fadhal) atau pun diperintahkan untuk tidak melanjutkan pandangan (seperti Ali). Bahkan, bisa saja kita justru diberi kesempatan luas untuk bisa memandang lawan jenis. Belum percaya? Liat aja hadits shahih berikut ini, yang mengisyaratkan bolehnya memandang lawan-jenis seraya mengagumi keahliannya atau sekurang-kurangnya menyaksikan penampilan non-seksualnya.

Dari ‘Aisyah r.a. dikatakan: Ketika itu adalah hari raya, dan pada waktu itu orang Habsyah sedang bermain tameng dan tombak. Entah aku yang meminta atau Nabi sendiri yang berkata kepadaku: ‘Apakah kamu ingin melihatnya?’ Aku jawab: ‘Ya.’ Maka aku disuruhnya berdiri di belakangnya [sehingga aku melihatnya]. (HR Bukhari) Tuuuh… Nabi memberi kesempatan luas kepada Aisyah nyaksiin keterampilan orang Habsyah bermain sejata. Ternyata, tidak seperti kemolekan, dayatarik non-seksual lawan-jenis boleh dilihat dengan cukup leluasa.

Sekarang, berdasarkan dalil di atas, bisa kita petik sebuah hikmah: Supaya tidak terkagum-kagum pada dayatarik seksualnya, fokuskan pengamatan kita pada penampilan non-seksualnya apabila kita memandang lawan-jenis. Penampilan non-seksual lawan-jenis yang dapat kita saksikan itu meliputi: kegesitan berolah-raga, kelogisan berargumentasi, kesopanan berbusana, keanggunan bersikap, keramah-tamahan berperilaku, keindahan berekspresi artistik, kelihaian berkomunikasi, … dan masih banyak lagi yang lainnya.

2.Berpaling Bila Terpana oleh Kemolekan

Walau sudah berusaha fokuskan perhatian pada dayatarik non-seksual, bisa saja kita tiba2 terpesona pada kemolekan si lawan-jenis. Kalau terjadi begini, atau setiap kali terpikat pada dayatarik seksualnya, kita diminta segera alihkan pandangan. Dalil yang melandasi seruan “alihkan pandangan” ini adalah sebagai berikut: Dari Jarir bin Abdullah r.a. dikatakan: “Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang memandang [lawan-jenis] yang [membangkitkan syahwat] tanpa disengaja. Lalu beliau memerintahkan aku mengalihkan pandanganku.” (HR Muslim)

Makanya, kalau kau lelaki nyaksiin penampilan Siti Nurhaliza (atau penyanyi cantik lainnya), fokuskan pengamatan pada kehebatannya dalam bernyanyi dan bersopan-santun di pementasannya. Bila terpana pada kecantikan atau pun dayatarik seksualnya lainnya, lekas2lah alihkan pandangan ke arah lain. Jika gejolak birahi sudah reda, boleh nonton kembali. Tapi, andai terpesona lagi pada dayatarik seksualnya, segeralah alihkan lagi pandangan ke arah lain… Selama tidak terpana pada ketampanan atau pun dayatarik seksualnya lainnya, perempuan juga boleh memandang wajah ustad Jefri Al-Buchori (atau mubalig pria lainnya) di majelis taklim. Fokuskan pengamatan pada kemampuannya dalam berdakwah. Setiap kali terpesona pada dayatarik seksualnya, cepat2lah alihkan pandangan ke arah lain…
Kau pun harus siap-sedia sering2 alihkan pandangan sewaktu bercakap-cakap ‘si dia’ seraya mengagumi pesona ‘kecantikan batiniah’ (inner beauty)-nya. Boleh2 aja sih kau menatap dia saat menyimak tutur-katanya, namun setiap kali terpikat pada dayatarik seksualnya, lekas2lah alihkan pandangan ke arah lain sampai gejolak birahimu reda. Malu ketahuan alihkan pandangan? Nevermind. Ingat, gejolak birahi itu manusiawi, sedangkan mengalihkan pandangan itu islami. Ngapain malu berperilaku islami?

3.Bagaimana Menjaga Pintu Perzinaan

Kau nggak malu berperilaku islami, kan? Bagus… Trus, seperti Aisyah dalam hadits Bukhari tadi, apakah kau ingin menyaksikan keahlian si lawan-jenis? Boleeeh… asalkan, sekali lagi kami ingatkan, alihkan pandangan setiap kali terpikat pada dayatarik seksualnya. Begitulah jurus “tundukkan pandangan” yang bisa kita maklumi sebagai upaya menjaga ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina mata’. Jika kita membiarkan terjadinya ‘zina mata’ sewaktu memandang lawan-jenis, maka mungkin kita tergolong mendekati zina.

Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan: Tidak ada yang kuperhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil daripada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat [dengan syahwat], zinanya lidah adalah mengucapkan [dengan syahwat], zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan [pemenuhan nafsu syahwat].

…” (HR Bukhari & Muslim) Rupanya, yang bisa kita anggap mendekati zina itu nggak cuman ‘zina mata’. ‘Zina lidah’ dan ‘zina hati’ pun dapat digolongkan mendekati zina.
Bahkan, di luar tiga macam ‘zina’ yang kami garisbawahi itu, masih ada ‘zina tangan’, ‘zina kaki’, dan ‘zina-zina bagian tubuh lainnya’ yang mungkin tergolong mendekati zina pula. Namun, penyebutan tiga saja —di antara itu semua— kami pandang sudah memadai untuk menggambarkan bagaimana menjaga ‘pintu perzinaan’. Kalau untuk menjaga ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina mata’, kita gunakan jurus “tundukkan pandangan”, apa jurus kita untuk mengatasi ‘zina lidah’ dan ‘zina hati’ (atau pun ‘zina-zina bagian tubuh lainnya’)? Kau bisa nebak, kan?
Yup. Untuk menjaga ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina lidah’, kita gunakan jurus “tundukkan tutur-kata”. Maksudnya, ketika lawan-jenis yang menyimak tutur-katamu terpesona pada ke-sexy-an suaramu, keraskan suaramu atau hentikan sajalah tutur-katamu. “Janganlah kau terlalu lembut bicara supaya [lawan-jenis] yang lemah hatinya tidak bangkit nafsu [syahwat]-nya.” (QS al-Ahzab [33]: 32) “Katakanlah yang baik-baik atau diam sajalah.” (al-hadits) Dalam pengamatan kami, banyak muda-mudi (terutama wanita) yang kurang menyadari ke-sexy-an suaranya di telinga lawan-jenis. Karena itu, kami sarankan, mintalah penilaian dari beberapa sahabat lain-jenis mengenai suaramu. Kalau nggak sedikit orang menilai suaramu sexy, ubahlah gaya bicaramu. Kalau sulit mengubah, berlatihlah secara serius sampai berhasil. Bagaimanapun, gaya bicara bisa diubah. (Kami saksikan, banyak aktris Hollywood mampu menampilkan aneka gaya bicara. Di satu film terdengar sexy banget, di film lain kurang sexy, sesuai karakter di film2 itu.)

Adapun untuk menjaga ‘pintu perzinaan’ dari terjadinya ‘zina hati’, kita gunakan jurus “tundukkan keinginan”. Maksudnya, ketika kau terpikat oleh dayatarik seksual lawan-jenis yang menarik perhatianmu, janganlah kau mengharap-harap kesenangan seksual dari dia. Selanjutnya, sebesar apa pun gairahmu, janganlah kau turuti keinginan nafsu syahwatmu ini. Kalau kau umbar nafsu ini, maka rusaklah kehormatan dirimu sendiri, sehingga kau “tergolong orang yang bodoh” (QS Yusuf [12]: 33). Ketika kau kewalahan meredam nafsu syahwat, segera “alihkan perhatian” ke hal-hal lain yang bersifat non-seksual. Seandainya sinetron remaja Indonesia atau film musikal India di televisi sering membuat birahimu bergejolak, alihkan saluran ke tayangan lain. Umpamanya: sepakbola, berita politik, dialog bisnis, eksplorasi flora dan fauna, dan sebagainya. (Lebih baik lagi, matikan televisi lalu baca buku2 islami atau lakukan kegiatan lain yang lebih bermanfaat.)

Dengan mengerahkan jurus2 penjagaan ‘pintu perzinaan’ sedemikian itu, insya’ Allah ‘pintu perzinaan’ kita selalu terjaga. Dengan kata lain, kita tidak mendekati zina. Dengan jurus2 tadi, ‘darah-muda’ kita senantiasa terkendali ketika kita saling bergaul dan bertatap-muka dengan lawan-jenis, secara akrab sekalipun. Apalagi bila terawasi oleh orang lain yang cenderung mencegah perzinaan kita. (Ingat makna ‘bila terawasi’, kan? Kalo lupa, silakan baca lagi Bab 4.)
Emang sih, jurus2 tersebut tidak menjamin kita bebas dari godaan setan. Tapi, setiap kali pasukan iblis hendak masuk untuk menguasai diri kita, mereka bisa kita tendang jauh2 dengan jurus2 tadi. Dengan demikian, menjauhlah bahaya kerusakan yang mengancam masuk melalui ‘pintu perzinaan’ yang bernama ‘perbauran’. Hasilnya, selamatlah kita di dunia dan akhirat. (Begitulah cara yang kami upayakan untuk memupus kekhawatiran Nabi terhadap perilaku kita dalam bertatap-muka dengan lawan-jenis.)

PACARAN ISLAMI


Ibnu Qayyim Al-Juziyah (atau Al-Jauziyyah) sungguh menakjubkan. Inilah yang kami rasakan ketika membaca buku terjemahan kitab beliau, Raudhatul Muhibbiin, yang berjudul Taman Orang-orang Jatuh Cinta, terj. Bahrun AI Zubaidi, Lc (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2006).
Bagaimana tidak menakjubkan? Di buku setebal 930 halaman tersebut, orang yang jatuh cinta ditawari “rahmat dan syafaat” (hlm. 715 dst.). Selain itu, beliau mengarahkan pembaca untuk “menyeimbangkan dorongan hawa nafsu dan potensi akal” (hlm. 29 dst.). Hal-hal semacam ini jarang kami temui di buku-buku percintaan yang pernah kami baca.

Memang, sebagaimana ulama-ulama besar lainnya, beliau pun menekankan “cinta kepada Allah” dan “cinta karena Allah” (hlm. 550). Namun, beliau ternyata juga membicarakan fenomena “pacaran islami”, suatu topik sensitif yang sering dihindari banyak ulama. Beliau mengungkapkannya (bersama-sama dengan persoalan lain yang relevan) di sub-bab “Berbagai hadits, atsar, dan riwayat yang menceritakan keutamaan memelihara kesucian diri” dan “Cinta yang suci tetap menjadi kebanggaan” (hlm. 607-665).

Di situ, kami jumpai istilah “pacaran” muncul tujuh kali, yaitu di halaman 617, 621 (lima kali), dan 658. Adapun istilah-istilah lain yang menunjukkan keberadaan aktivitas tersebut adalah “bercinta” (hlm. 650), “gayung bersambut” (hlm. 613), “saling mengutarakan rasa cinta” (hlm. 620-621), “mengapeli” (hlm. 642-643), “berdekatan” (hlm. 617), dan sebagainya.
Sekurang-kurangnya, kami jumpai ada sembilan contoh praktek pacaran islami yang diceritakan oleh Ibnu Qayyim di situ. Dari contoh-contoh itu, dan dari keterangan beliau di buku tersebut, kami berusaha mengenali ciri khas “pacaran islami” ala Raudhatul Muhibbiin.
Ini dia tujuh diantaranya:

1.mengutamakan akhirat
2.mencintai karena Allah
3.membutuhkan pengawasan Allah dan orang lain
4.menyimak kata-kata yang makruf
5.tidak menyentuh sang pacar
6.menjaga pandangan
7.seperti berpuasa

1) MENGUTAMAKAN AKHIRAT

Pada dua contoh, pelaku “pacaran islami” ditawari kenikmatan duniawi (zina), tetapi menolaknya dengan alasan ayat QS Az-Zukhruf [43]: 67, “Teman-teman akrab pada hari [kiamat] itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (hlm. 616 dan 655) Maksudnya, mereka yang islam itu lebih memilih kenikmatan ukhrawi daripada kenikmatan duniawi (ketika dua macam kenikmatan ini bertentangan).
Adapun pada bab terakhir, Ibnu Qayyim (dengan berlandaskan QS Al-Insaan [76]: 12) menyatakan, “Barang siapa yang mempersempit dirinya [di dunia] dengan menentang kemauan hawa nafsu, niscaya Allah akan meluaskan kuburnya dan memberinya keleluasaan di hari kemudian.” (hlm. 918)

2) MENCINTAI KARENA ALLAH

Pada suatu contoh, diungkapkan syair: “Sesunggguhnya aku merasa malu kepada kekasihku bila melakukan hal yang mencurigakan; dan jika diajak untuk hal yang baik, aku pun berbuat yang baik.” (hlm. 656)
Syair tersebut menggambarkan bahwa percintaannya “menghantarkannya untuk dapat meraih ridha-Nya” (hlm. 550). Menghindari hal yang mencurigakan dan menerima ajakan berbuat baik itu diridhai Dia, bukan?
Lantas, apa hubungannya dengan “cinta karena Allah”? Perhatikan:
Yang dimaksud dengan cinta karena Allah ialah hal-hal yang termasuk ke dalam pengertian kesempurnaan cinta kepada-Nya dan berbagai tuntutannya, bukan keharusannya. Karena sesungguhnya cinta kepada Sang Kekasih menuntut yang bersangkutan untuk mencintai pula apa yang disukai oleh Kekasihnya dan juga mencintai segala sesuatu yang dapat membantunya untuk dapat mencintai-Nya serta menghantarkannya untuk dapat meraih ridha-Nya dan berdekatan dengan-Nya. (hlm. 550)

3) MEMBUTUHKAN PENGAWASAN ALLAH DAN ORANG LAIN

Pada suatu contoh, pelaku “pacaran islami” bersyair: “Aku punya Pengawas yang tidak boleh kukhianati; dan engkau pun punya Pengawas pula” (hlm. 628).
Pada satu contoh lainnya, Muhammad bin Sirin mengabarkan bahwa “dahulu mereka, saat melakukan pacaran, tidak pernah melakukan hal-hal yang mencurigakan. Seorang lelaki yang mencintai wanita suatu kaum, datang dengan terus-terang kepada mereka dan hanya berbicara dengan mereka tanpa ada suatu kemungkaran pun yang dilakukannya di kalangan mereka” (hlm. 621).

4) MENYIMAK KATA-KATA YANG MAKRUF

Pada suatu contoh, ‘Utsman Al-Hizami mengabarkan, “Keduanya saling bertanya dan wanita itu meminta kepada Nushaib untuk menceritakan pengalamannya dalam bentuk bait-bait syair, maka Nushaib mengabulkan permintaannya, lalu mendendangkan bait-bait syair untuknya.” (hlm. 620)
Pada enam contoh, para pelaku pacaran islami “saling mengutarakan rasa cintanya masing-masing melalui bait-bait syair yang indah dan menarik” (hlm. 620-621).
Pada suatu contoh, pelaku pacaran islami mengabarkan, “Demi Tuhan yang telah mencabut nyawanya, dia sama sekali tidak pernah mengucapkan kata-kata yang mesum hingga kematian memisahkan antara aku dan dia.” (hlm. 628)

5) TIDAK MENYENTUH SANG PACAR

Pada suatu contoh, pelaku pacaran islami menganggap jabat tangan “sebagai perbuatan yang tabu” (hlm. 628).
Pada dua contoh, pelaku pacaran islami tidak pernah menyentuhkan tangannya ke tubuh pacarnya. (hlm. 634)
Pada satu contoh lainnya, pelaku pacaran islami “berdekatan tetapi tanpa bersentuhan” (hlm. 621).
Sementara itu, Ibnu Qayyim mengecam gaya pacaran jahili di zaman beliau. Mengutip kata-kata Hisyam bin Hassan, “yang terjadi pada masa sekarang, mereka masih belum puas dalam berpacaran, kecuali dengan melakukan hubungan sebadan alias bersetubuh” (hlm. 621).

6) MENJAGA PANDANGAN

Di antara contoh-contoh itu, terdapat satu kasus (hlm. 617) yang menunjukkan bahwa si pelaku pacaran islami “dapat melihat” kekasihnya. Akan tetapi, Ibnu Qayyim telah mengatakan “bahwa pandangan yang dianjurkan oleh Allah SWT sebagai pandangan yang diberi pahala kepada pelakunya adalah pandangan yang sesuai dengan perintah-Nya, yaitu pandangan yang bertujuan untuk mengenal Tuhannya dan mencintai-Nya, bukan pandangan ala setan” (hlm. 241).

7) SEPERTI BERPUASA

Ibnu Qayyim menyimpulkan:
Demikianlah kisah-kisah yang menggambarkan kesucian mereka dalam bercinta. Motivasi yang mendorong mereka untuk memelihara kesuciannya paling utama ialah mengagungkan Yang Mahaperkasa, kemudian berhasrat untuk dapat menikahi bidadari nan cantik di negeri yang kekal (surga). Karena sesungguhnya barang siapa yang melampiaskan kesenangannya di negeri ini untuk hal-hal yang diharamkan, maka Allah tidak akan memberinya kenikmatan bidadari nan cantik di negeri sana…. (hlm. 650)

Oleh karena itu, hendaklah seorang hamba bersikap waspada dalam memilih salah satu di antara dua kenikmatan [seksual] itu bagi dirinya dan tiada jalan lain baginya kecuali harus merasa puas dengan salah satunya, karena sesungguhnya Allah tidak akan menjadikan bagi orang yang menghabiskan semua kesenangan dan kenikmatan dirinya dalam kehidupan dunia ini, seperti orang yang berpuasa dan menahan diri darinya buat nanti pada hari berbukanya saat meninggalkan dunia ini manakala dia bersua dengan Allah SWT. (hlm. 650-651)

Begitulah tujuh ciri khas pacaran islami ala Raudhatul Muhibbiin dalam pandangan kami. Bagaimana dengan Anda? Tolonglah beritahu kami apa saja ciri khas pacaran islami ala Raudhatul Muhibbiin dalam pandangan Anda!